Figuritas Politik: Kriteria Pemimpin Berdasarkan Pancasila

Presiden BJ Habibie

Presiden RI Ke-3 BJ Habibie (diambil dari google)

Prolog

Menjelang pelantikan presiden terpilih ke-8, Prabowo Subianto, perhatian publik kembali tertuju pada pentingnya figuritas politik yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila pertama, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Artikel singkat ini menoba mengulas bagaimana idealnya sosok pemimpin di Indonesia yang berdasarkan Pancasila, serta pentingnya pemimpin yang memiliki keyakinan yang kokoh dan menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Esa-an Tuhan dalam kepemimpinannya.

Ke-Tuhanan yang Maha Esa sebagai Fondasi Kepemimpinan

Sila pertama dari Pancasila, Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara mengakui ke-Esa-an Tuhan. Ini bukan hanya pengakuan simbolis, melainkan dasar filosofis yang harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan bangsa, terutama dalam kepemimpinan nasional. Oleh karena itu, seorang kepala negara, sebagai representasi tertinggi negara, harus memiliki keyakinan yang kuat terhadap ke-Esa-an Tuhan.

Kepemimpinan yang berdasar pada Ke-Tuhanan Yang Maha Esa menciptakan politik yang berlandaskan etika, moral, dan kebaikan. Sebaliknya, tanpa landasan ini, politik bisa berubah menjadi ajang yang liar dan tidak beretika, di mana segala cara dihalalkan demi kekuasaan. Sejarah menunjukkan bahwa ketika pemimpin memiliki kepercayaan yang teguh pada nilai-nilai ke-Esa-an Tuhan, kebijakan yang diambil cenderung lebih adil, mengedepankan kemanusiaan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila.

Tantangan Politik Tanpa Landasan Ke-Tuhanan

Ketika pemimpin tidak memiliki landasan keyakinan yang kuat terhadap ke-Esa-an Tuhan, politik menjadi penuh intrik dan muslihat. Kepentingan pribadi atau kelompok lebih sering didahulukan daripada kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang demikian akan sulit mewujudkan keadilan sosial, bahkan bisa menciptakan ketidakadilan yang lebih besar. Mereka mungkin akan mengabaikan nilai-nilai musyawarah, tidak memperhatikan persatuan, dan gagal menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Politik tanpa Ke-Tuhanan Yang Maha Esa bukan hanya berpotensi menciptakan pemerintahan yang tidak adil, tetapi juga merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, seperti kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial, sulit untuk diwujudkan oleh pemimpin yang tidak memahami atau tidak menjalankan sila pertama dalam kehidupan sehari-harinya.

Figur Pemimpin yang Mengimplementasikan Pancasila

Indonesia pernah dipimpin oleh kepala negara yang memegang teguh sila pertama Pancasila, dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari bukan sekadar kosmetik politik. Pemimpin ini mengedepankan integritas dan keadilan, serta menempatkan Tuhan di atas segala (baca: sebagian besar) keputusan politik yang diambil. Walaupun masa kepemimpinannya singkat, rakyat Indonesia merasakan harapan akan terwujudnya cita-cita kemerdekaan yang sesungguhnya—yakni kesejahteraan, keadilan, dan persatuan bagi seluruh rakyat.

Namun, sayangnya, kepemimpinan tersebut terganggu oleh kepentingan politik asing dan antek-anteknya yang tidak ingin Indonesia menjadi negara yang maju secara ekonomi, militer, dan sumber daya manusia. Keadaan ini mengingatkan kita bahwa pemimpin yang kuat, berpegang teguh pada Pancasila, dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap ke-Esa-an Tuhan, sangat penting untuk membawa Indonesia ke arah yang benar.

Harapan pada Pemimpin Masa Depan

Harapan rakyat Indonesia kini tertuju pada pemimpin baru yang akan dilantik, yakni presiden terpilih ke-8, Prabowo Subianto. Harapan besar ada pada pundaknya untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Rakyat mendambakan pemimpin yang tidak hanya memiliki visi ekonomi dan politik yang jelas, tetapi juga yang memahami dan mengimplementasikan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa dalam setiap langkahnya.

Pemimpin yang mampu menjiwai Pancasila, terutama sila pertama, akan lebih mampu menciptakan kebijakan yang adil, menjaga persatuan, dan membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan landasan spiritual yang kokoh, diharapkan pemimpin baru ini dapat mengarahkan negara menuju kemajuan yang berlandaskan keadilan, tanpa mengorbankan nilai-nilai luhur bangsa.

Kesimpulan Menjelang pergantian kepemimpinan nasional, penting bagi kita untuk kembali menegaskan bahwa pemimpin ideal bagi Indonesia adalah mereka yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, terutama Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, dalam setiap keputusan dan kebijakannya. Pemimpin yang demikian akan membawa Indonesia lebih dekat dengan cita-cita kemerdekaan dan mewujudkan bangsa yang maju, adil, dan sejahtera. Harapan besar ada pada presiden terpilih ke-8, Prabowo Subianto, untuk melanjutkan perjuangan ini dan mengarahkan bangsa Indonesia ke jalan yang benar. (@miyoeLPeminat Masalah Sosial Politik Tanah Air)